
- News Limited (Australia)
- The Sun (inggris)
- The News World (Inggris)
- Sky Television (Inggris)
- San Antonio Express News (Amerika)
- Supermarket Star (Amerika)
- New York Post (Amerika)
- 20th Century Fox (Amerika)
- Metro Media (Amerika)
- Star TV (Asia)
- My Space (Amerika)
Ada beberapa tokoh-tokoh penting di dunia yang menguasai Industri Media Massa, berikut beberapa tokoh-tokoh tersebut :

- Baron Paul J.Reuter
- David Sarnoff
- William S.Paley
- Ruppert Murdoch
- Hary Tanoesodibjo
- Chairul Tanjung
Teknologi Komunikasi
Pada saat ini penerapan teknologi informasi
dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya
memenangkan persaingan. Pembangunan Teknologi Informasi Perusahaan dilakukan
secara bertahap sebelum sebuah sistem holistik atau menyeluruh selesai
dibangun, hal tersebut disesuaikan dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki.
Dalam penerapannya, rencana strategis teknologi informasi senantiasa
diselaraskan dengan rencana perusahaan, agar setiap penerapan teknologi
informasi dapat memberikan nilai bagi perusahaan. Mengacu kepada arsitektur
teknologi informasi perusahaan, penerapan Teknologi Informasi yang dilakukan
dikategorikan sebagai berikut :
- Aplikasi Teknologi Informasi yang menjadi landasan dari berbagai aplikasi lain yang ada di dalam Perusahaan antara lain sistem operasi, basis data, network management dan lain-lain.
- Aplikasi yang sifatnya mendasar (utility) yaitu aplikasi Teknologi Informasi yang dipergunakan untuk berbagai urusan utilisasi sumber daya Perusahaan anatara lain sistem penggajian, sistem akuntansi & keuangan dan lain-lain.
- Aplikasi
Teknologi Informasi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik Perusahaan terutama
yang berkaitan dengan proses penciptaan produk/jasa yang ditawarkan Perusahaan
antara lain Aplikasi Properti, Aplikasi Forwarding dan Aplikasi Pergudangan.
Korporasi Media Massa di IndonesIa
Masyarakat Indonesia yang bergantung dengan media massa
untuk hanya mencari sebuah hiburan ataupun untuk memenuhi kebutuhanya.
Dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan jasa
media massa. Untuk sebagian pebisnis, dalam pandangan mereka itu
merupakan salah satu peluang untuk meraup keuntungan yang menjanjikan.
Maka tak heran dengan selalu bertambahnya media massa di Indonesia,
dalam percetakan, pertelevisian ataupun radio. Dalam bidang
pertelevisian, selain TVRI sebagai stasiun pertama yang berdiri di
Indonesia yaitu pada tanggal 24 Agustus 196. terdapat 11 (sebelas)
stasiun televisi lainya, Sebelas televisi ini ternyata dikuasai beberapa
grup pemilik seperti MNC yang menguasai MNC (tadinya TPI), Metro TV,
Global TV dan RCTI. Transcorp/Grup Para menguasai Trans TV dan Trans 7,
kemudian Bakrie Group menguasai ANTV dan TV One , SCTV dan IVM (Indosiar
Visual Mandiri) dikuasai kelompok yang sama, disamping TVRI serta Space
Toon yang punya ijin siaran nasional, namun saham kepemilikan space
toon kini telah di beli oleh perusahaan swasta dan berganti nama menjadi
NET. Di samping itu kini telah beroperasi 7 televisi berlangganan
satelit, 6 televisi berlangganan terrestrial, dan 17 televisi
berlangganan kabel. Seperti tidak mau kalah dengan pertelevisian,
radiopun mengalami kemajuan walaupun tidak sepesat televisi. Hingga
akhir tahun 2002, terdapat 1188 Stasiun Siaran Radio di Indonesia.
Jumlah itu terdiri atas 56 stasiun RRI dan 1132 buah Stasiun Radio
Swasta. Perkembangan industri dan bisnis penyiaran juga telah mendorong
tumbuh pesatnya bisnis rumah produksi (Production House/PH). Sebelum
krisis ekonomi, tercatat ada 298 buah perusahaan PH yang beroperasi di
mana sekitar 80% di antaranya berada di Jakarta. Pada saat krisis,
khususnya antara tahun 1997-1999, jumlah PH yang beroperasi menurun
drastis sampai sekitar 60%. Pada tahun 2003, bisnis PH secara perlahan
kembali bangkit yang antara lain didorong oleh peningkatan jumlah
televisi swasta. Kebutuhan TV swasta akan berbagai acara siaran, mulai
acara hiburan sampai acara informasi dan pendidikan, banyak diproduksi
oleh PH local. dalam bisnis media penerbitan, khususnya surat kabar dan
majalah, juga mengalami peningkatan khususnya dalam hal kuantitas. Pada
tahun 2000, menurut laporan MASINDO, terdapat 358 media penerbitan.
Jumlah tersebut terdiri atas 104 surat kabar, 115 tabloid, dan 139
majalah. Hal menarik dalam penerbitan media massa cetak ini adalah
semakin beragamnya pelayanan isi yang disesuaikan dengan karakteristik
kebutuhan segmen khalayak pembacanya.
Persaingan Media Massa di Indonesia
Media elektronik khususnya Televisi tidak menggangap adanya sebuah
persaingan antara Media Cetak, Media Elektronik dan Media Online,
keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan juga memiliki konsumennya
masing-masing, lebih jelasnya ketiga media diatas memiliki para
peminatnya masing-masing dalam mendapatkan informasi berita.
Hal ini dikemukakan oleh Latief Siregar dari Media Elektronik,
Produser Lintas 5 TPI dalam talk show One Day With Jurnalistik yang
bertemakan Eksistensi Media Cetak dan Media Elektronik di Tengah
Maraknya Media Online di selenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa
Jurnalistik UNISBA di aula kampus UNISBA, Sabtu 5 Januari 2008.
Talk Show yang diisi oleh Santi Indra Astuti, Dosen Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA, yang membidangi Kajian Ilmu Jurnalistik, menampilkan
pembicara dari praktisi tiga media. Media Elektronik; Produser Lintas 5
TPI, Latief Siregar, Media Cetak; Gin Gin Tigin Ginular, wartawan Sindo
Jabar dan Media Online; Aripin Asydhad, wakil Pimpinan Redaksi detik.com.
Latief Siregat menambahkan dalam pemaparannya bahwa media online dan
media cetak bukan dijadikan sebagai saingan tetapi dijadikan partner
untuk menambah cakupan masyarakat dan mempromosikan berbagai acara-acara
dan berita yang akan ditayangkan di televisi. Pendapat ini di sepakati
oleh Gin gin, dimana media cetak tidak perlu khawatir dengan maraknya
media online saat ini, masih banyak masyarakat indonesia yang lebih
memilih mendapatkan berita lewat media cetak atau elekronik. Hal ini
disebabkan masyarakat indonesia belum banyak yang bisa mengakses
internet secara personal.
Memang ada data yang menyebutkan bahwa media cetak terutama surat
kabar menurun dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7
juta eksemplar pada saat ini. Data ini juga disepakati oleh Aripin
Asydhad, dan menambahkan bahwa sekarang ini dunia pemberitaan
mengistilahkan yang cepat mengalahkan yang lambat bukan yang besar
mengalahkan yang kecildalam artian berita yang cepat sampai kepada
khalayak itulah yang banyak diminati.
Dalam talk show ini juga membahas tentang tantangan konvergensi media
bagi media mainstrem yang dipaparkan oleh Santi Indra Astuti,
menurutnya masyarakat indonesia saat ini merupakan masyarakat informasi
yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan media komunikasi dan
menggunakan teknologi informasi seperti telepon dan komputer. Masyarakat
Informasi yang berbasis data digital pada gilirannya akan mudah
melakukan pertukaran data informasi karena saat ini, untuk berhubungan
tidak diperlukan lagi saluran yang berbeda-beda untuk berkomunikasi,
sepanjang data atau informasi sudah berbentuk digital, maka dia dapat
dibaca dalam bentuk surat kabar, online media, radio streaming, televisi
digital, sampai video streaming di handphone-handphone.
Menurutnya juga konvergensi media tidak hanya mengubah basis data,
dan medium yang menyalurkannya. Namun, secara keseluruhan juga mengubah
proses produksi, pengolahan, dan distribusi informasi, sehingga
media-media seperti koran, radio, televisi dan lain-lain akan berubah
dengan bentuk-bentuk media baru yang sepenuhnya digital, seperti
televisi, World Wide Web dan internet.
Dosen bidang Kajian Ilmu Jurnalistik ini juga menambahkan, lantas
bagaimana tren perubahan media dalam masyarakat informasi? Jelasnya
lagi, konvergensi komputer, telekomunikasi, dan sistem media massa
konvensional membawa berbagai perubahan fundamental dalam fungsi media.
Sumber media massa menjadi semakin banyak dan less authoritative and
less profesional. Kemampuan media massa untuk bertindak sebagai
gatekeeper akan menghilang.
Pesan menjadi serba customize, disesuaikan dengan segmen khalayak
yang semakin kecil dan semakin terspesialisasi. Terkadang menggunakan
alamat pribadi, maupun malayani masyarakat yang heterogen, tidak lagi
homogen. Kemajuan teknologi memunculkan masyarakat prosumen -masyarakat
produsen dan kensumen- maka lokus produksi yang dipegang media, kini
berpindah ketangan konsumen. Contohnya, citizen journalism yang sekarang
sedang marak dimana-mana. Media sebagai pabrik informasi tidak hanya
bersaing dengan sesama produsen, tetapi juga harus berkompetisi dalam
pasar dengan khalayak alias konsumennya sendiri.
Maka, persaingan bukan hanya diantara media cetak, media elektronik
dan media online tetapi sekarang ini persaingannya dengan khalayak dari
ketiga media tersebut yang kini bertransformasi menjadi khalayak
prosumen
0 komentar:
Posting Komentar